Monday, February 7, 2011

 

Teh Yunnan kwalitas no: 1, tahun 1953 RMB 80,000 = Rp. 130,000,000.- dijual di Guangzhou

 

 

Poci teh termahal buatan seniman poci terkenal. 

RMB250,000 = Rp. 400,000,000. Bukan barang antik!

 

 

Teh Melinjo dengan khasiat anti aging mulai diperkenalkan di Jepang

 

Melinjo (‎​Gnetum gnemon L.) dan khasiatnya

KOMPONEN BIOAKTIF (RESVERATROL)
dalam Biji Melinjo mampu menghambat proses penuaan

F.G. Winarno


MELINJO
Tanaman Mlinjo Gnetum genemon L., termasuk dalam keluarga/famili Gnetaceae, banyak tumbuh di Indonesia, dan kawasan Asia Tenggara. Baik buah maupun biji melinjo banyak digunakan sebagai bahan pembuatan sayuran keluarga. Buah melinjo berubah warna dari hijau ke warna kuning, jingga dan merah pada saat menuju tingkat kematangan biji. Buah yang sudah matang memiliki "tempurung" biji yang cukup keras. Kulit bijinya setelah direndam dalam bumbu-bumbu, kemudian digoreng menjadi jenis makanan poluler yang oleh masyarakat di Jawa dikenal sebagai "mata maling", yaitu jenis snack yg menjadi salah satu kegemaran anak-anak dan bahkan paraorang tua.

Sudah dua kali penulis diajak kerjasama oleh para pakar Jepang dibidang
pangan untuk meneliti biji Mlinjo. Kenapa para pakar Jepang tertarik
meneliti mlinjo?, pasti ada alasannya. Ternyata mlinjo termasuk tumbuhan
purba yang secara evolusi dekat sekali dengan tanaman ginkgo biloba yang banyak terdapat di Jepang. Ginkgo merupakan species pohon hidup tertua, yang tumbuh sejak 150 - 200 juta tahun, dan dipercaya dapat berfungsi sebagai tonik otak, karena dapat memperkuat daya ingat. Daun ginkgo juga punya khasiat anti oksidan kuat dan berperan penting dalam menghancurkan radikal bebas penyebab penuaan dini dan pikun. (Dedy Darnaedy, 2009). Sebetulnya beberapa pakar muda Indonesia juga sudah banyak yang tertarik meneliti khasiat dari komponen bioaktif mlinjo, diantaranya adalah Tri Agus Siswoyo yang pernah menerima Toray Award, dari Toray Science Foundation Jepang dan pakar lainnya adalah M. Santoso (2008) yang telah meneliti polyphenol bioaktif dalam biji melinjo.
Banyak persepsi masyarakat yang memojokkan melinjo, baik biji maupun daun dan pentil (alat kelamin betina) serta kroto-nya (alat kelamin jantan). 
 
Persepsi yang tertanam dalam benak masyarakat adalah "Jangan sekali-kali berani makan emping melinjo atau produk lain dari mlinjo, karena mlinjo adalah penyebab penyakit pirai (gout)". Telah banyak diberitahu oleh  media masa bahwa melinjo sangat tinggi kandungan purinnya. Senyawa purin dapat menjadi calon (precursor) terhadap sintesa terbentuknya asam urat didalam tubuh, dan tertimbunnya asam urat yang berkelebihan dalam darah dapat berakibat timbulnya penyakit pirai (gout), dengan gejala: ibu jari kaki membengkak, persendian nyeri sakit yang luar biasa. Apalagi kalau dipaksa untuk berjalan. Konon satu ibu jari kaki bertugas menyangga 40% dari berat badan manusia.
Data-data mengenai tingginya kadar purin dalam biji melinjo tidak banyak
tersedia, apalagi proses sintesa biokimia dari senyawa purin melinjo menjadi asam urat masih sangat terbatas, kalau tidak boleh di katakan langka. Informasi kandungan purin dan asam urat dalam mlinjo masih sekedar sebagai "rumor" saja, belum dicek kebenarannya berdasarkan sound scientific evidence.

KHASIAT MELINJO
Wallace dan Mouris merupakan pakar pertama yang melaporkan hasil isolasinya dari daun melinjo, tentang adanya komponen glycosylflavone. Dari akar tanaman melinjo juga telah berhasil diisolasi stilbene oligomer dari ekstrak yang menggunakan pelarut aceton dan methanol.
Disamping itu keberadaan komponen stilbenoids ternyata telah banyak diketahui dan ditemukan dalam spesies gnetum. Bahan kimia yang terdapat dalam tanaman gnetacea tersebut telah lama menjadi bahan obat tradisional, khususnya stillbene oligomer telah banyak dimanfaatkan sebagai obat penyakit arthritis. Disamping itu senyawa tersebut dapat berfungsi menurunkan gula darah, merangsang apoptosis dan kanker (Ito dkk 2003). Komponen tersebut ternyata dapat bekerja sebagai antibiotik (Nitta dkk 2002). 
 
Akhir-akhir ini mulai banyak peneliti yang melaporkan hasil penelitian mereka mengenai komponen yang terdapat dalam endosperm biji melinjo. Karena melinjo terdapat dimana-mana diseluruh Indonesia ada baiknya masyarakat perlu tahu betapa arti biji melinjo bagi kesehatan (food supplement), pengolahan dan keamanan pangan. Polyphenol dalam mlinjo merupakan antioksidan tahan aktif sampai 5 jam, bila dibanding Vitamin C dan E yang hanya tahan beberapa jam saja.

Semua komponen bioaktif tersebut memiliki aktivitas menangkal radikal DPPH =1,1 - diphenyl - 2 picrylhudrazyl). Kira-kira bersifat mirip dengan anti oksidan Vitamin C dan tokoferol. Disamping itu memiliki sifat-sifat positif lain karena stilbenoids tersebut bersifat anti mikroba terhadap B. subtilis, C. perfringens dan L. mesenteoides.

KOMPONEN BIOAKTIF UTAMA
Bioaktif compound dalam endrosperm melinjo telah berhasil diisolasi. Tepung kering melinjo direndam dalam 50% ethanol selama 3 hari dan froksi-froksi dipisahkan melalui porous polymer column khromatografi menjadi 3 fraksi. Tiga pelarut yang digunakan adalah metamal: 40% MeOH, 60% MeOH dan 100% MeOH. Dengan silicon gel colum chromatograthy  fraksi yang timbul kemudian diidendifikasi.

Dalam fraksi III2 terdapat senyawa resveratrol yang berbentuk kristal tak
berwarna, melting point (mp) 275-276oC. Dan dalam fraksi III2 juga
mengandung gnetin C, Fraksi II berisi gnemonosida C.
Dari penelitian tersebut ditemukan suatu komponen stilbenoid baru yang
disebut gnetin L, disamping stilbenoid gnetin C yang sebelumnya telah
ditemukan dan gnemonosida A, C dan D.